M-galeri.com, Pohuwato – Warga Dusun Moduito, Desa Teratai, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, kembali menelan pil pahit. Drainase yang seharusnya menjadi solusi, kini justru berubah menjadi sumber malapetaka. Genangan air merendam rumah-rumah warga, termasuk milik Sun Kono, salah seorang warga yang paling terdampak.
Pada Selasa (02/09/2025), pantauan langsung media ini, menunjukkan fakta mencengangkan. Sepanjang jalan utama Desa Teratai kini tergenang air, saluran drainase yang gagal berfungsi itu bukan hanya mengundang bau busuk dan penyakit, tetapi juga menebar ancaman yang lebih besar, jalan utama bisa putus kapan saja jika kondisi ini dibiarkan.
“Kontraktor dari pertama tidak pernah datang. Alat dibiarkan bekerja tanpa pengawasan. Saya sudah tegur, tapi tetap tidak diindahkan,” ungkapnya.
Proyek galian drainase dengan anggaran 2,4M lebih di Desa Teratai itu sejak awal dianggap cacat. Lubang galian dibiarkan menganga tanpa ada kejelasan kapan akan tersambung. Aliran air terhenti, genangan membusuk, dan setiap kali hujan turun, rumah-rumah warga berubah jadi kolam dadakan.
“Kami sangat berharap pihak kontraktor bisa turun langsung untuk membuka jalan air di drainase yang tersumbat ini, agar genangan segera teratasi,” tambah Sun Kono.
Lebih parahnya, kontraktor pelaksana, CV Graha Mulia Abadi, yang dipimpin oleh Riskal Yakin, terkesan bermain-main dengan penderitaan warga. Saat dikonfirmasi, jawabannya terkesan enteng, seolah proyek ini bukan masalah serius.
“Masih mo survey hari ini, masih di BPBD saya,mo turun dengan PPK,” kata Riskal singkat, seolah-olah bencana yang dialami warga hanyalah masalah kecil yang bisa ditunda.
Padahal, setiap detik keterlambatan berarti derita bagi belasan kepala keluarga yang rumahnya terendam. Bukan hanya properti yang rusak, tapi juga rasa aman warga yang hilang.
Warga kini hidup dalam ketakutan. Jika drainase terus dibiarkan jebol, air yang terus mengalir bisa menggerus badan jalan. Dampaknya? Jalan utama Desa Teratai bisa putus kapan saja, mengisolasi warga dan memutus akses ekonomi serta pendidikan.
Kasus ini bukan sekadar persoalan teknis drainase. Ini adalah potret telanjang bagaimana proyek pembangunan dijalankan tanpa pengawasan, tanpa tanggung jawab, dan tanpa hati nurani. Kontraktor bekerja asal-asalan, pemerintah seakan tutup mata, sementara rakyat dibiarkan berjuang sendiri menghadapi banjir di rumahnya.
Proyek yang seharusnya membawa manfaat justru melahirkan malapetaka. Dan yang paling tragis, semua ini dibiarkan berlarut-larut.